Protein Total

Mexi-Blog
21 September 2023 by Admin Ferry

Tes protein total dilakukan untuk mengukur jumlah total dua jenis protein pada tubuh, yaitu albumin dan globulin. Pemeriksaan ini perlu menjadi bagian dari kesehatan rutin karena protein merupakan komponen pendukung penting dari semua sel dan jaringan.

Protein diperlukan untuk pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan tubuh. Darah di dalam tubuh mengandung albumin dan globulin. Protein albumin menjaga cairan agar tidak bocor keluar dari pembuluh darah, sedangkan protein globulin berperan penting dalam sistem kekebalan tubuh.

Cek protein total dilakukan untuk diselesaikan sebagai bagian dari pemeriksaan kesehatan rutin. Hal itu salah satu tes yang mengetahui panel metabolik komprehensif (CMP) seseorang guna mendapatkan informasi terkait status ginjal, hati, elektrolit, serta keseimbangan asam/basa, gula darah termasuk protein dalam darah. Pemeriksaan ini dapat diminta dilakukan jika mengalami kondisi:

- Penurunan berat badan yang tidak bisa dijelaskan.
- Kelelahan.
- Edema, yaitu pembengkakan yang disebabkan oleh cairan ekstra di jaringan.
- Gejala penyakit ginjal atau hati.

Singkatnya, tes protein total dilakukan mengukur jumlah total protein dalam darah dan secara spesifik mencari jumlah albumin dan globulin. Tes ini juga akan melihat rasio albumin terhadap globulin dalam darah. Ini dikenal sebagai “rasio A / G.”

Cek protein total biasanya dilakukan sebagai bagian dari panel metabolik komprehensif (CMP). Nantinya, hasil dari cek protein rutin dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan diagnosis berbagai penyakit yang dapat memengaruhi kadar protein.

Orang-orang yang memiliki kondisi medis yang berpengaruh terhadap saluran pencernaan, hati, atau ginjal disarankan untuk mengambil tes protein total untuk memantau pemulihan kesehatannya selama menjalani perawatan.

Kehilangan selera makan, kesulitan buang air kecil, mual atau muntah, serta gejala kekurangan gizi menjadi penanda seseorang membutuhkan cek protein total.

Cek protein total dilakukan dengan menggunakan sampel darah yang dianalisis di laboratorium. Untuk mendapatkan sampel darah, penyedia layanan kesehatan akan mengambil darah dari vena di lengan atau bagian belakang tangan.

Pertama, profesional medis akan membersihkan area yang akan diambil darahnya dengan lap antiseptik. Kemudian, membebat lengan untuk memberikan tekanan pada area tersebut dan dengan lembut memasukkan jarum ke dalam vena.

Darah akan dikumpulkan ke dalam tabung yang melekat pada jarum. Setelah tabung penuh, bebatuan di lengan akan dilepas demikian juga dengan jarum. Tidak ada persiapan khusus yang perlu dilakukan saat hendak melakukan cek protein total ini.

Jika diperlukan, dokter akan memberi tahu bila harus menghindari makanan atau minuman sebelum menjalankan cek protein tes. Beberapa obat dapat memengaruhi hasil tes protein total. Berikut ini jenis obat-obatannya:

- Steroid.
- Androgen.
- Kortikosteroid.
- Dekstran.
- Hormon pertumbuhan.
- Insulin.
- Phenazopyridine.
- Progesteron.
- Ion amonium.
- Estrogen.
- Pil KB.

Sementara itu, cek protein total yang dilakukan pada bayi atau anak kecil, akan menggunakan jarum lancet. Lancet sendiri merupakan jarum halus berujung tajam yang digunakan untuk melukai kulit yang bertujuan untuk mengambil sampel darah dari ujung jari. Jarum ini digunakan hanya sekali, sehingga apabila telah digunakan harus dibuang dengan benar.

Cek protein total bisa dilakukan di rumah sakit ataupun di laboratorium yang disarankan oleh profesional kesehatan. Setiap lab memiliki rentang yang sedikit berbeda dari apa yang dianggap normal. Karena itu untuk mendiagnosis hasil akhirnya, dokter akan mempertimbangkan riwayat kesehatanmu untuk menentukan angka yang sesuai.

Jika hasil menunjukkan kadar protein total rendah, itu berarti memiliki gangguan hati atau ginjal atau bisa juga gangguan pencernaan, misalnya penyakit celiac (ketika tubuh tidak dapat menyerap protein seperti seharusnya).

Jika hasil menunjukkan kadar protein terlalu tinggi, itu bisa menjadi gejala kalau sedang mengalami infeksi kronis atau peradangan (seperti HIV/AIDS atau virus hepatitis). Selain itu, juga bisa menjadi tanda awal gangguan sumsum tulang.